Senin, Januari 25, 2010

Friendster, 11 Januari, dan Petang di Pantai (Sajak Kecil untuk Putri Kecil: naz) - bagian 2

...akun friendstermu, naz.. kenapa selalu saja ada kata yang beku, kata yang--kemudian--menjadi encer..
..kau seperti Dewi Madrim, yang meninggalkan jejak kepahlawanan, dalam diri setiap Pandhawa..

"Bulbul, lihat, Bulbul.."
Gadis yang berubah jelita, berbuah angkara, angkara yang sepi dari tiap halauan haluan pola pikirmu.
Kau tahu itu menderitakan, tapi tetap saja. Kau tahu itu bak oase, tapi begitu saja.
"Ayolah, Kecil! Sayapmu bisa lebih indah dari sekarang, lebih lebar dari kata-kata bekumu, yang bertubi-tubi seperti asoka, dan beberapa helai semanggi berdaun lima di halaman.

--petang di pantai--di pantai--di pantai--
Ingat saat kita berjejer di balik runtuhan, Tamansari, memandang Yogya dari atas dan keheningan?!
Ingat saat kita pasrah mengantre di Pojok Beteng, menunggu pesanan yang basah dan tersembunyi?!
Ingat betapa takutnya kamu pada segala hal berkain dan bertali di tiap ujungnya?! (kau selalu sangka itu pocong?!)

--di friendster--akunmu yang ceria, tapi beku itu--kata-kata tak baku--
"Ayolah, Hitam! Kita tanam kemuning di kening kita. Kelak akan ada kejutan baru di tiap bangun tidurmu, di tiap pagi yang memaksa kita berharap sepanjang hari, di tiap pagi yang usil itu!"

--sejujurnya, di tiap bayang dan lukamu, ada harapan (sehingga tiap pagi kita tak terlalu sibuk)--
--dan sepantasnya, kau dapat yang jauh lebih cerah dari tiap pagi kita--


"Lihat, air di matamu berangin, dan beku!"




PNDX'2010

0 komentar: