bersama murambatu-uwiek
Di meja sudut kantin yang ringsek
Tak ada cahaya
Asapnya mengepul menyelongsong peluru yang tercecer
Aduh, lututnya kembali meruncing
Dongeng dan sejarah yang dia perbincangkan
Tiba-tiba membuatku mual dan gagap. Dia iba.
Meja, peluru, dan lutut aku punguti
Dan menjadi semakin aneh saja.
Sabtu, November 22, 2008
Meja, Peluru, dan Lutut
Diposting oleh Abizar PeA di 17.53
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar